ruangoto.com

Bersama tiga pembicara ahli industri otomotif dan ekonomi Indonesia dalam menghadapi dampak kenaikan BBM

RuangOto.com – Setelah presiden Jokowi mengumumkannya dengan ada kenaikan BBM banyak masyarakat bertanya tanya apa akan terjadi di dunia otomotif dan ekonomi  Indonesia nantinya.

Sebelum memasuki status industri otomotif Indonesia dengan adanya pandemi. Penjualan otomotif rata-rata meningkatkan mulai dari R2 sampai R4 terlihat dari semua merek agen pemegang merek yang terjual dari tahun ke tahun. Walaupun masih ada topangan dari PPBM di tahun ini. Justru, malah meningkat dengan tidak adanya topangan dari PPBM. Apakah penyesuaian tarif BBM dapat mengganggu ritme penjualan tersebut.

“Dengan adanya penyesuaian harga bahan bakar yang baru saja diumumkan oleh pemerintah, status industri otomotif Indonesia dibanding dengan negara-negara lain. Seperti biasa ada di rangking ke-15 ini sebuah tantangan tersendiri sebetulnya, sudah masuk kelompok negara-negara produsen kendaraan bermotor yang memproduksi satu juta,  one millian klub otomotif patut disyukuri dan kita jaga kalau bisa kita naik kelas karena udah beberapa tahun ini jualannya juga turun, ada di ranking 16 dunia. Walaupun penjualan menurun dibanding yang sebelumnya sebelum masa pandemi sekitar 887 berharap dengan perkembangan terakhir bisa menjaga momentum itu dan meningkatkan naik kelas lagi menjadi di kelompok satu juta lagi. Tantangan yang tidak ringan karena pesaing juga banyak, yang paling dekat adalah dengan Thailand kalau dari sisi produksi di Thailand 1,6 sedangkan Indonesia di 1,1 pesaing baru di kawasan Asean ada Vietnam yang cukup agresif untuk mengembangkan industri otomotif. Itulah tantangan tantangan yang harus dihadapi oleh Indonesia sehingga kita bersama harusnya bisa bersatu padu agar berkembang lebih baik,” terang Kukuh Kumara sebagai Sekretaris Umum Gaikindo.

Sedangkan, Dr. Esther Sri Astuti, INDEF mengatakan,” Kalau dilihat dari sisi ekonomi, industri otomotif mulai tanggal 1 September dengan adanya kenaikan harga BBM, alasannya pemerintah harus di kurangi subsidi nya, APBN pemerintah sudah mengap mengap, subsidi BBM ini harus dikurangi secara bertahap karena fiskal space nya semakin kecil selain utangnya semakin banyak dan tax ratio-nya makin kecil. Subsidi BBM ini dianggap memberatkan APBN apalagi pada saat pandemi defisit 3% dan dilebarkan sampai 6% harus dikurangi untuk lebih dialokasikan, kenaikan BBM termasuk dalam kelompok administratif, kenaikan harga barang mempunyai efek multiplayer, biaya produksi makin meningkat namanya inflasi.”
Dr. Esther Sri Astuti sepakat dengan Kukuh Kumara bahwa penjualan otomotif tidak berpengaruh banyak dengan adanya dampak kenaikan BBM kecuali krisis selain menurunkan tingkat suku bunga kredit atau kenaikan suku bunga kredit. Begitu juga dengan penjualan mobil.

Selain itu, ditanggapi juga oleh Hari Budianto, Sekretaris Umum AISI mengatakan,” Adanya rasa ketakutan dalam bahasa Inggris nya FEAR  yang terdiri dari dua faktor. Pertama pilihan kita dan berupa kebangkitan yang jangan terlalu di perdaya.

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now

Iklan